Kau ingat kala malam Minggu itu. Makan malam bersama kita diwarung biasa. Tak banyak orang juga tak banyak mengeluarkan biaya, namun mampu membuat tentram jiwa. Bukan karena warungnya, tentu saja karena aku bersamamu disana.
Aku tau minuman kesukaanmu adalah dark choco dan kopi hitam. Selera kita sama dibagian kopi hitam, namun untuk dark choco rasanya aku tak pernah tau dan seleraku pada coklat sangat lemah. Saat aku menawarkan padamu apa yang akan kau pesan sebagai minuman, kebetulan sekali malam itu kau memilih dark choco pelengkap makanannya. Dan tentu saja aku memilih menu yang berbeda karena memang tak selera dengan si dark choco itu. Kopi hitam pilihan terakhir ku.
Lucunya, kau meminta bagian dari kopiku hingga tandas waktu itu. Aku hanya diam lalu memperhatikanmu dengan senyuman terbaikku. Kau pun tersadar bahwa kopi yang seharusnya bagianku telah kau tandaskan.
Tiba - tiba inisiatif mu untuk mengganti kopiku dengan dark choco mu membuatku sedikit membuka. Aku tak kan mungkin menolak itu, tapi aku juga tak bisa berekspektasi bagaima rasa minuman itu. Hingga kau membawanya dan menyuapkan padaku. Entah apa yang merasuki jiwaku, dengan ragu aku meminum itu. Tapi akhirnya aku baik - baik saja. Rasanya tak seburuk pemikiranku pertama.
Entah ini karena dark choco yang berbeda atau karena ada kamu disana, yang jelas semuanya masih terasa sempurna.
Iya balik lagi ke selera ya. Padahal ga semua makanan itu semenakutkan yg kita bayangkan. Masalah selera ini, aku banyak belajar banget waktu sudah nikah. Mau ga mau harus saling menyesuaikan. Jadilah, banyak makanan yg tadinya aku tidak suka, mulai aku sikat juga hehe...^^
BalasHapusSisi menakutkannya hilang jadi keromantisan. Duh jadi pengen nikah. Hehe
BalasHapusSakinah mawaddah ya kak
BalasHapus